Open post

Modal merupakan hal yang perlu kamu perhitungkan jika ingin memulai bisnis. Jika dana yang kamu miliki kurang, maka mencari sumber baru jelas sangat diperlukan.

Banyak sumber dana yang bisa kamu manfaatkan untuk mendapatkan modal di Indonesia. Beberapa contoh sumber dana untuk bisnis antara lain bank, venture capital, platform fintech, angel investor, dan sumber lainnya. Masing-masing dari sumber ini jelas memiliki pro dan kontra. Oleh karena itu, pastikan sumber dana yang ingin kamu manfaatkan sudah sesuai dengan kebutuhan bisnismu.

Pada artikel kali ini, kami akan membahas dengan lebih detail seputar salah satu sumber pendanaan, “Angel Investor”. Apa itu angel investor? Bagaimana sistem pendanaanya? Semua jawaban dari pertanyaan ini akan kamu temukan di sini.

Pengertian Angel Investor dan Cara Mereka Mendanai

Menurut Investopedia, Angel Investor adalah individu dengan kekayaan bersih tinggi yang memberikan dukungan finansial bagi startups atau pengusaha kecil dengan imbalan kepemilikan atau saham perusahaan yang didanai. Berdasarkan SEC, angel investor yang terakreditasi harus memiliki aset minimum diatas 1 juta USD atau memiliki pemasukan 200 ribu USD per tahun dalam dua (2) tahun terakhir.

Biasanya, para investor ini mencari bisnis yang baru merintis atau startup yang masih dalam tahap awal. Karena masih dalam tahap awal, sudah jelas bisnis atau startup tersebut belum bisa memberikan keuntungan. Meskipun demikian, para investor ini tetap rela memberikan dukungan finansial menggunakan dana pribadi mereka sendiri. Karena alasan inilah, mereka disebut juga dengan “angel” atau “malaikat”.

Karena mendanai bisnis yang masih baru merintis, investasi para angel investor ini terbilang beresiko tinggi (high risk). Ditambah lagi, mereka juga mendanai menggunakan uang pribadi sehingga mereka harus lebih selektif dalam memilih. Jadi, jika ingin mengajukan pinjaman ke mereka, pastikan bisnis kamu memiliki prospek yang cerah dalam beberapa tahun kedepan.

Baca juga: Tahap-tahap pendanaan startup

Siapa Saja yang Bisa Jadi Angel Investor?

Jika kamu pernah nonton film Shark Tanks, maka kamu akan dapat gambaran, kriteria angel investor yang sebenarnya. Berikut ini akan kami berikan contoh-contoh angel investor yang umum ditemukan dalam dunia bisnis:

Orang Kaya dan Pengusaha Sukses

Angel investor umumnya merupakan orang yang sangat kaya dan pengusaha sukses. Dalam film Shark Tanks sendiri, Mark Cuban memiliki kekayaan 5.1 miliar USD dan ada di peringkat 227 orang terkaya di dunia versi Forbes 400. Sementara itu, di Indonesia sendiri, ada Shinta Dhanuwardoyo yang sudah mendanai banyak startup lokal. 

Keluarga atau Teman Dekat

Angel investor juga bisa berasal dari keluarga atau teman dekat bisnismu. Jika mereka memiliki kekayaan bersih yang tinggi dan siap membantu bisnismu, maka mereka juga bisa dikatakan sebagai angel investor. Meskipun investor bisnismu adalah orang terdekat, semua perjanjian harus dilakukan secara profesional.

Grup Investor

Di Indonesia sendiri, ada beberapa platform yang mengumpulkan para angel investor seperti Angel Investment Network Indonesia (ANGIN). Lewat platform ini, kamu bisa meminta dukungan pendanaan dari para investor yang ada di dalamnya. Biasanya, ada beberapa tahapan yang harus kamu lalui seperti mengisi kuisioner dan interview untuk bisa mendapatkan dana.

Pros Mengajukan Pendanaan ke Angel Investor

Bagi kamu yang ingin merintis bisnis atau startup, angel investor bisa jadi salah satu opsi untuk mendapatkan dana. Berikut ini merupakan beberapa keuntungan jika kamu mendapatkan dana dari mereka:

Dana tidak perlu kamu kembalikan

Karena sudah ditukar dengan kepemilikan, tidak ada kewajiban bagi kamu untuk mengembalikan dana yang diberikan. Jadi, tidak apa-apa jika nanti bisnis kamu ternyata mengalami kegagalan karena mereka tidak bisa menagih uang tersebut kembali. Karena alasan ini, para angel investor sangat teliti dan selektif dalam memilih perusahaan yang mereka danai. 

Pelajaran dan jaringan

Sebagian besar angel investor merupakan pengusaha sukses yang paham cara membangun bisnis. Ditambah lagi, mereka juga biasanya sudah memiliki jaringan atau relasi yang sangat luas. Jadi, jika orang-orang ini tertarik dengan bisnismu, maka tidak hanya dana saja, kamu juga mendapatkan pembelajaran dan jaringan yang bisa membantu mempercepat pertumbuhan (growth) bisnis kamu. Bahkan untuk beberapa kasus, mereka juga bisa membuat tim khusus untuk membantu bisnismu.

Kredibilitas bisnis

Angel investor sangat detail dan teliti dalam memilih bisnis atau startup yang ingin mereka danai. Jadi, jika mendapatkan pendanaan dari mereka, berarti bisnis kamu dianggap memiliki prospek yang bagus kedepannya. Kredibilitas kamu juga sudah jelas akan naik di mata publik sehingga mencari pembeli baru akan lebih mudah nantinya.

Cons Mengajukan Pendanaan ke Angel Investor

Mendapatkan pendanaan dari angel investor memang terlihat memiliki banyak keuntungan. Tapi sebelum mengajukan lebih lanjut, pelajari resiko yang mungkin kamu temui berikut ini:

Kehilangan kendali penuh

Biasanya, para angel investor akan mengambil 10% sampai 20% kepemilikan sebagai imbalan saat memberikan dana. Pada beberapa kasus, mereka bisa mengambil sampai 40%. Oleh karena itu, kepemilikan bisnis kamu juga sudah tidak penuh lagi. 

Karena sudah mendapatkan sebagian kepemilikan, para investor ini juga berhak untuk memberikan suara dalam pengambilan keputusan bisnis. Jika suara mereka sejalan dengan pemilik bisnis, maka semuanya akan baik-baik saja. Tapi, bagaimana jika ada perbedaan suara? Tentu hal ini akan merepotkan kamu sebagai owner.

Ekspektasi dan tekanan yang tinggi

Karena menggunakan dana pribadi, angel investor jelas menaruh ekspektasi tinggi kepada kamu sebagai owner bisnis. Mereka ingin uang yang mereka investasikan bisa kembali 10 kali lipat dalam beberapa tahun kedepan. Jika mereka sudah menetapkan standar yang tinggi seperti ini, maka tekanan yang akan kamu terima untuk mencapainya juga akan semakin besar.

Ketersediaan dana yang terbatas

Dana yang kamu dapatkan dari angel investor biasanya terbatas dan tidak setinggi dari bank atau venture capital. Selain itu, mereka juga tidak bisa memberikan dana secara terus-terusan kecuali jika bisnis kamu menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam waktu dekat.

Kesimpulan: Kenali Bisnismu Sebelum Mengajukan Pendanaan

Biasanya, jika ingin mengajukan pinjaman dari angel investor, kamu perlu presentasi seputar bisnis kamu. Pertanyaan yang mereka ajukan nanti akan berhubungan dengan keunggulan bisnis kamu dibandingkan kompetitor, target dalam beberapa tahun, dan pertanyaan lainnya. Oleh karena itu pastikan kamu sudah sangat paham secara menyeluruh di sektor bisnis tersebut.

Jika kamu ingin konsultasi seputar perkembangan bisnis kamu, maka tim Jenfi akan dengan senang hati membantu. Kami akan memberikan solusi bisnis yang tepat untuk pertumbuhan bisnis kamu.

Sumber

Open post

Dalam dunia digital marketing, media sosial merupakan salah satu tempat untuk memasarkan (marketing) produk atau bisnis. Strategi pemasaran via media sosial ini sering juga kita kenal dengan istilah social media marketing.

Seiring berjalannya waktu, pengguna media sosial semakin bertambah banyak. Berdasarkan data, di Indonesia sendiri, pengguna media sosial sudah mencapai angka 167 juta user di tahun 2023. Jumlah ini merupakan 60.4% dari penduduk Indonesia sendiri. Umumnya, pengguna media sosial ini adalah milenial dan Gen-Z.

Dari data yang ada di atas, bisa kita simpulkan bahwa media sosial sudah jadi tempat yang sangat strategis untuk memasarkan produk atau meningkatkan brand awareness. Oleh karena itu, keahlian social media marketing juga sudah sangat diperlukan agar semakin banyak audiens yang tertarik dengan bisnis kamu. Sebagai pembaca setia blog Jenfi, kamu cukup beruntung karena kami akan memberikan tips untuk meningkatkan kesuksesan strategi social media marketing kamu:

Pengguna media sosial di Indonesia sampai tahun 2023 (Sumber: Detik.com)

Pengertian Social Media Marketing

Social media marketing adalah strategi untuk memasarkan produk atau meningkatkan brand awareness melalui media sosial. Di Indonesia sendiri, media sosial yang paling populer adalah Facebook, Instagram, Twitter, dan TikTok.

Bagaimana cara melakukan marketing di sosial media? Biasanya, ada tim khusus yang bertugas untuk membuat konten seperti video, gambar, atau bentuk konten lainnya. Konten ini sendiri dibuat dengan semenarik mungkin untuk mencuri perhatian audiens.

Audiens yang tertarik ini diharapkan melakukan engagement dengan konten yang sudah dibuat. Berbagai bentuk interaksi dapat meningkatkan engagement pada media sosial kamu, seperti memberikan like, comment, save konten atau bahkan follow akun sosial media kamu. Jika mereka juga membagikan konten kamu kepada teman-teman terdekatnya, maka jangkauan atau reach konten kamu dapat semakin meluas. 

Setelah audiens ini tertarik dengan konten kamu, harapannya adalah mereka jadi ingin lebih tahu seputar bisnis yang kamu punya. Selanjutnya mereka yang sudah tertarik dengan bisnis kamu akan membeli produk yang kamu tawarkan.

Kenapa Harus Pakai Strategi Social Media Marketing?

Berdasarkan data, 80% eksekutif perusahaan menganggap penting untuk berinvestasi di media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa peran sosial media dalam marketing sangat besar untuk kemajuan bisnis kamu. Apa saja alasannya? Berikut ini adalah jawabannya:

Media yang Paling Strategis

Hampir semua orang setidaknya mempunyai satu akun media sosial. Biasanya, mereka menghabiskan waktu di sini sampai 147 menit setiap harinya. Hal ini membuat media sosial jadi sangat strategis untuk bisnis dan sudah jadi kewajiban setiap brand untuk memasarkan bisnisnya di platform media sosial.

Tempat Berkomunikasi dengan Calon Customer

Tidak hanya sebagai tempat untuk memasarkan bisnis, media sosial juga dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan audiens. Biasanya, jika ada audiens yang tertarik pada produk tertentu, mereka akan mencari informasi di media sosial. Akan sangat disayangkan bila kamu kehilangan calon customer seperti ini hanya karena tidak memiliki media sosial.

Sebagai Data untuk Mengambil Keputusan Bisnis

Karena pengguna media sosial yang sangat tinggi, bisa kita katakan kalau kondisi market yang sebenarnya bisa tercermin langsung lewat media sosial. Karena alasan ini juga, 72% manajemen perusahaan menggunakan media sosial sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan bisnis. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial memberikan data dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.

Hemat dan Efisien

Membuat akun di media sosial seperti Instagram, Facebook, TikTok, dan YouTube tidak dikenakan biaya sama sekali. Tidak hanya itu, mempublikasikan konten di sini juga gratis dan tidak ada batasan.

Mungkin kamu bisa sekali-kali membayar jika konten ingin mendapatkan boost atau melakukan promosi berbayar. Meskipun demikian, biaya yang kamu keluarkan di sini tidak lebih banyak jika ingin memasang iklan di TV atau billboard. Karena alasan ini, media sosial dinilai lebih hemat dan efisien.

Strategi Marketing Sosial Media: Tips dan Trik

Sekarang, kamu sudah tahu kalau media sosial sangat penting untuk keberlangsungan semua jenis bisnis. Karena alasan ini, kamu harus memanfaatkan sosial media sebaik mungkin agar tidak tertinggal oleh para kompetitor. Berikut ini kami berikan tips agar strategi social media marketing kamu bisa jauh lebih sukses dari sebelumnya:

Tips 1: Buat Konten Semenarik Mungkin

Algoritma yang ada di semua media sosial diatur agar pengguna menghabiskan waktu yang lama di sana. Caranya adalah mereka akan terus menampilkan konten yang diprediksikan akan menarik perhatian masing-masing pengguna. Konten yang menarik ini akan lebih cepat disebarkan dan masuk ke feed banyak audiens. Jadi, jika kamu ingin sukses di media sosial dan memiliki engagement yang tinggi, maka membuat konten menarik adalah kuncinya.

Tips 2: Respon Chat atau Komentar dari Audiens

Membalas chat atau komentar dari audiens sangat penting untuk perkembangan media sosial bisnis kamu. Kalau bisa, kamu harus merespon semua pertanyaan ini di hari yang sama. Dengan melakukan hal ini, koneksi antara brand kamu dengan audiens akan terbentuk dan kemungkinan mereka membeli produk kamu jadi jauh lebih besar.

Penting untuk diperhatikan bahwa jangan sampai membalas pertanyaan seperti bot. Kamu harus menunjukkan sisi humanis agar audiens merasa mereka sedang berbicara dengan orang sungguhan. 

Berdasarkan data, 78% pelanggan akan membeli lagi produk jika memiliki customer service yang memuaskan. Langkah awal melakukan hal ini adalah dengan mempercepat respon kamu di media sosial (fast response).

Tips 3: Post Konten di Waktu yang Tepat

Baik itu Facebook, Instagram, ataupun TikTok bisa memberikan kamu statistik traffic setiap jamnya. Gunakan data ini untuk menjadwalkan waktu publikasi konten kamu.

Selain itu, kamu juga harus konsisten ketika upload konten di media sosial. Algoritma setiap media sosial pasti akan menghargai konsistensi kamu dengan membuat reach menjadi lebih tinggi. Akan tetapi, konsisten di sini bukan berarti publish konten sebanyak-banyaknya setiap hari. Kami tidak menyarankan untuk melakukan hal ini karena bisa membuat orang menganggap media sosial kamu sebagai spam.

Tips 4: Manfaatkan Fitur Live Stream atau Shoppable Live Stream

Trend shoppable live stream atau belanja langsung dari konten live sedang marak di Indonesia saat ini. Berdasarkan data, 56% audiens Indonesia sudah pernah mencoba membeli barang melalui fitur live stream ini. Di sini, media sosial yang paling banyak digunakan untuk fitur live shopping adalah TikTok di angka 27.5%. Bagi kamu yang memiliki produk tertentu untuk dipasarkan, maka mungkin bisa mencoba cara yang satu ini.

Tips 5: Manfaatkan Influencer

Influencer merupakan tokoh yang sudah memiliki banyak follower dan biasanya memiliki fanbase tersendiri. Memanfaatkan influencer ini untuk kolaborasi (endorsement) dalam membuat konten merupakan cara yang sering digunakan di social media marketing. Harapan dari kolaborasi ini adalah untuk menarik fanbase dari influencer tersebut untuk membeli produk bisnis kamu.

Tips dari kami adalah, pastikan influencer yang kamu pilih memiliki persona atau fanbase yang sesuai dengan target market bisnis kamu. Selain itu, pastikan juga budget untuk menggunakan influencer ini sesuai dengan budget keseluruhan bisnis kamu.

Kesimpulan: Tujuan Menggunakan Strategi Marketing Sosial Media

Di era yang serba digital seperti sekarang ini, strategi online marketing dengan sosial media sudah menjadi hal yang sangat penting. Buat konten yang paling menarik agar brand awareness terhadap bisnis kamu bisa jadi semakin luas. Semakin sering konten kamu muncul di feed banyak orang, semakin mudah juga bisnis kamu dikenali oleh mereka.

Social media marketing sendiri merupakan salah satu strategi dari digital marketing. Jika kamu ingin membaca seputar tips digital marketing, maka kamu bisa membacanya di sini.

Jenfi sendiri merupakan platform yang bisa membantu untuk mengembangkan bisnis kamu. Jika tertarik untuk konsultasi seputar bisnis, kamu bisa konsultasi dengan kami setiap saat!

Sumber:

Open post

Jika kamu memiliki bisnis, maka kamu perlu cara agar produk dari bisnis kamu bisa dikenal oleh orang banyak. Cara untuk mengenalkan atau mempromosikan produk kamu ke orang banyak ini dinamakan dengan marketing.

Dulu, marketing dilakukan secara konvensional, seperti dari TV, radio, brosur, dan cara konvensional lainnya. Namu, seiring berkembangnya zaman, marketing sekarang sudah bisa dilakukan secara digital atau yang dikenal dengan istilah digital marketing.

Banyak sekali istilah marketing yang mungkin terdengar asing di telinga kita. Oleh karena itu, mengetahui arti dari istilah ini jelas akan sangat membantu bagi kamu yang punya bisnis. Berikut ini akan kami berikan istilah yang umum dipakai dalam dunia marketing.

Istilah dalam Digital Marketing

Dalam dunia digital marketing, kita sering mendengar banyak istilah asing. Bagi kamu yang ingin memulai bisnis dan melakukan pemasaran, memahami istilah ini jelas sangat penting. Berikut kami berikan beberapa istilah penting dalam dunia digital marketing yang paling sering digunakan:

Channel

Untuk memasarkan bisnis, kamu perlu channel untuk menjangkau banyak audiens. Singkatnya, channel adalah media atau tempat yang digunakan oleh tim marketing untuk memasarkan brand mereka. Biasanya, channel yang dipakai adalah media sosial (Instagram, Facebook, TikTok, dsb), website, dan email.

Campaign (Kampanye)

Istilah campaign atau kampanye memiliki arti aktivitas yang dilakukan oleh tim marketing untuk mempromosikan brand mereka. Ketika melakukan campaign, tim marketing wajib menggunakan semua channel yang mereka miliki agar jangkauan audiens bisa lebih luas.

Engagement

Istilah engagement biasanya dipakai di media sosial. Arti dari istilah ini sendiri adalah interaksi antara media sosial brand kamu dengan followers atau audiens. Tingkat keberhasilan engagement ini biasanya diukur dari jumlah like, komentar, share, sampai jumlah klik pada postingan kamu.

Impression

Istilah impression memiliki arti jumlah iklan kamu (ads) ditampilkan, tidak peduli apakah ada engagement atau tidak. Biasanya, impression ini sering juga kita sebut dengan istilah ad view.

Call to Action (CTA)

Saat melakukan campaign, tujuan utama kita adalah agar audiens membeli produk atau mengunjungi channel utama kita. Untuk bisa melakukan hal ini, maka kamu harus menyertakan Call to Action (CTA) dalam setiap campaign. Singkatnya, Call to Action adalah ajakan atau perintah kepada audiens untuk melakukan hal yang jadi tujuan utama campaign kamu. Call to Action bisa berupa ajakan untuk download app, klik link untuk beli, klaim bonus, dan lainnya.

Konversi (Conversion)

Tujuan dari memasang CTA adalah agar pengunjung melakukan tindakan yang menguntungkan bisnis kamu dan membeli produk kamu. Pengunjung yang melakukan hal ini diukur dalam parameter bernama konversi (conversion). Singkatnya, konversi adalah jumlah orang yang melakukan tindakan untuk menguntungkan bisnis dan membeli produk ketika mengunjungi website kamu.

Conversion Rate

Seberapa efektifkah campaign kamu? Apakah banyak orang yang membeli produk (konversi) setelah mengunjungi website utama kamu? Tingkat efektivitas ini diukur dalam parameter bernama conversion rate. 

Semakin tinggi conversion rate, akan semakin baik karena banyak orang yang mengunjungi website kamu dan melakukan pembelian. Hal ini tentu akan berdampak baik pada bisnis. Menurut data dari Wordstream, umumnya landing page hanya memiliki conversion rate rata-rata sebesar 2.35%.

Click Through Rate (CTR)

Kalau kamu membuka sebuah website atau blog, pasti kamu sering menemukan iklan di sana. Untuk mengukur tingkat efektivitas iklan ini, maka digunakan parameter bernama Click Through Rate (CTR). Singkatnya, click through rate adalah persentase total klik iklan terhadap total kunjungan yang di website terhadap jumlah tayangan iklan tersebut.

Pay per Click (PPC)

Arti dari strategi pay per click (PPC) adalah kamu harus membayar jika iklan kamu di klik oleh orang lain. Strategi ini umumnya digunakan oleh marketer di Google Ads. Jadi, saat menggunakan strategi PPC, iklan brand kamu akan muncul di paling atas daftar pencarian.

Search Engine Marketing (SEM)

Search engine marketing (SEM) adalah strategi marketing untuk menampilkan website bisnis kamu di posisi tertinggi mesin pencari. Untuk bisa melakukan hal ini SEM membutuhkan biaya dan erat hubungannya dengan PPC. Dengan kata lain, penggunaan biaya untuk menampilkan bisnis atau brand kamu pada search engine ini digolongkan sebagai pencarian berbayar atau yang akrab dikenal dengan paid search ads.

Search Engine Optimization (SEO)

Search engine optimization (SEO) adalah strategi marketing untuk mengoptimisasi posisi website utama mereka di mesin pencari. SEO ini sangat erat hubungannya dengan keywords. Jadi, ketika ada orang yang menuliskan keywords tertentu di mesin pencari, harapannya adalah website kamu yang ada di posisi tertinggi.

Banyak cara yang digunakan dalam strategi SEO seperti menulis artikel yang relevan dan menarik (on page), melakukan guest posting (off page), dan sebagainya. Berbeda dengan SEM, strategi SEO ini tidak membutuhkan biaya yang besar sehingga dikenal juga dengan istilah organic search.

Return of Investment (ROI)

Return of investment (ROI) adalah parameter yang digunakan untuk mengukur profitabilitas dari campaign yang kamu lakukan. Parameter ROI akan memberikan jawaban, apakah investasi untuk campaign yang sudah dilakukan menguntungkan atau tidak. Jika menguntungkan, tentu saja biaya yang sudah kamu keluarkan untuk campaign lebih rendah dari pemasukan yang kamu dapatkan (pemasukan dari pembelian, berlangganan, dsb)

Cost per Action (CPA)

Cost per action (CPA) adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh brand saat ada audiens melakukan tindakan (action) dari iklan yang dikeluarkan oleh brand tersebut. Action di sini bisa bermacam-macam, antara lain registrasi, download aplikasi, sampai pembelian produk. Untuk brand yang sudah sangat besar, biasanya mereka melakukan strategi CPA di banyak website relevan.

Cost per Impression (CPM) atau Cost per Mille (CPM)

Cost per impression (CPI) memiliki arti biaya yang harus dibayar oleh brand setiap kali iklannya ditampilkan (impression). Biasanya, brand akan menetapkan biaya per 1000 kali impression sehingga istilah ini juga sering dikenal sebagai cost per mile (CPM). Jika kamu yakin ads kamu menarik dan CTA yang tinggi, maka strategi CPI bisa lebih efektif dibandingkan CPA.

Traffic

Dalam bahasa Indonesia, traffic memiliki arti lalu lintas. Dalam dunia digital marketing, istilah traffic sendiri memiliki arti jumlah pengunjung di website kita. Biasanya, traffic dibagi menjadi dua (2) jenis, yakni organic traffic (pengunjung website langsung dari mesin pencari) dan paid traffic (pengunjung website dari iklan).

Leads

Leads adalah orang-orang yang sudah memiliki ketertarikan kepada bisnis yang kamu miliki dan berpotensi menjadi pelanggan. Orang-orang ini biasanya sudah memiliki ketertarikan dengan bisnis tersebut karena mereka sudah meninggalkan kontak yang bisa dihubungi (nomor HP, email, akun medsos, dsb).

Istilah dalam Sales

Tujuan utama kita melakukan marketing adalah untuk menjual produk yang bisnis kita miliki. Oleh karena itu, marketing sangat erat hubungannya dengan sales. Bagi kamu yang ingin menjual produk (sales), berikut ini adalah istilah yang akan sering kamu temukan:

Salesperson

Orang yang bertanggung jawab untuk menjual produk disebut dengan sales person. Selain menjual produk kepada customer baru, tugas lain dari sales person adalah mempertahankan klien untuk tetap berlangganan di produk mereka.

Prospek

Sebenarnya prospek dan lead memiliki arti yang hampir serupa, yakni orang yang berpotensi untuk membeli produk kamu. Bedanya di sini adalah, prospek merupakan calon pembeli potensial yang sudah memenuhi syarat dan kriteria tertentu.

Deal

Deal adalah kondisi ketika adanya kesesuaian antara pembeli dengan penjual. Kesesuaian di sini biasanya adalah pembeli setuju dengan harga yang ditawarkan oleh salesperson. Ketika sudah ada deal, maka tugas salesperson selanjutnya adalah menyusun rencana untuk finalisasi pembelian.

Sales Pipeline

Sales pipeline memiliki arti visual yang menampilkan semua proses dalam penjualan (sales), mulai dari mencari leads sampai akhirnya menemukan deal. Dengan adanya visualisasi ini, salesperson bisa lebih mengetahui tahapan yang diperlukan agar produk mereka bisa dibeli oleh orang lain.

Istilah dalam Marketing Mix

Dalam melakukan pemasaran, kita sering mendengar istilah marketing mix. Istilah ini memiliki arti penggabungan (mix) beberapa variabel marketing untuk mencapai target penjualan.

Konsep marketing mix ini sendiri diperkenalkan oleh Jerome McCarthy pada tahun 1960. Awalnya, McCarthy menyebutkan ada empat (4P) variabel penting dalam marketing mix, yakni product, price, place dan promotion. Seiring berkembangnya zaman, variabel marketing mix bertambah menjadi 7P dengan tambahan physical evidence, people, dan process.

Product (Produk)

Barang atau jasa yang bisnis kamu tawarkan ke audiens dinamakan dengan produk. Di era digital seperti sekarang ini, produk juga bisa berupa barang virtual seperti aplikasi, website, dan lainnya.

Ketika ingin memulai bisnis, melakukan riset produk merupakan hal terpenting yang harus kamu lakukan. Pastikan produk yang kamu tawarkan merupakan produk yang sangat dibutuhkan oleh pasar. Ditambah lagi, produk kamu juga harus memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan produk kompetitor.

Price (Harga)

Price (harga) merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh calon pembeli untuk mendapatkan produk kamu. Ketika ingin menentukan harga, pastikan kamu sudah mempertimbangkan modal, biaya produksi dan maintenance, serta harga dari produk pesaing. 

Untuk bisnis konvensional, harga yang ditentukan oleh pemilik bisnis harus memberikan keuntungan. Hal ini berbeda jika kamu menjalankan bisnis start up. Biasanya, untuk model yang mengincar growth seperti ini, harga yang ditetapkan bisa saja di bawah break even price (BEP).

Place (Lokasi)

Tempat kamu memasarkan produk disebut juga dengan place (lokasi). Lokasi tidak harus berupa bangunan, melainkan juga bisa berupa website, media sosial, serta marketplace (Tokopedia, Shopee, Amazon).

Promotion (Promosi)

Agar produk kamu bisa diketahui banyak orang, maka kamu perlu melakukan promosi. Di zaman yang serba online seperti sekarang ini, media untuk melakukan promosi semakin banyak. Tidak hanya lewat iklan TV, spanduk, dan brosur saja, kamu juga sudah bisa promosi lewat media sosial, ads, email, dan media lainnya.

Physical Evidence (Bukti Fisik)

Physical evidence merupakan bukti fisik dari bisnis yang kamu miliki. Bukti fisik di sini bisa bermacam-macam, mulai dari toko, website resmi, media sosial, sampai customer service. Semakin bagus bukti fisik yang kamu miliki, semakin besar juga tingkat kepercayaan calon pembeli kepada bisnis kamu.

People (Orang)

People yang ada di variabel marketing mix memiliki arti sumber daya manusia (SDM) dibalik bisnis itu sendiri. Mereka adalah orang bekerja disana dan menentukan arah bisnis.

Salah dalam mengambil kandidat SDM bisa berakibat fatal untuk bisnismu sendiri. Oleh karena itu, banyak perusahaan besar yang rela menggaji karyawannya dengan tinggi agar bisnis mereka bisa bertahan atau bahkan memimpin di industri tertentu.

Process (Proses)

Proses adalah rangkaian tahapan yang perlu dilakukan oleh klien sampai akhirnya bisa menggunakan produk atau jasa yang bisnismu tawarkan. Proses ini dimulai dari cara audiens mengetahui produk kamu sampai memutuskan untuk membeli.

Kesimpulan

Berikut sudah kami tuliskan semua istilah yang sering dipakai dalam dunia marketing dan sales. Dengan membaca artikel ini, diharapkan kamu sudah lebih paham dengan dunia marketing itu sendiri.

Bagi kamu yang punya bisnis dan mau konsultasi seputar marketing dan sales, tidak usah ragu untuk menghubungi Jenfi!

Sumber:

Menaklukkan Pasar Digital dengan Konten Marketing yang Menarik

Open post

Kalau baca artikel digital marketing tips dari kami, kamu pasti sudah paham kalau konten merupakan salah satu elemen utama dalam digital marketing. Dengan konten, kamu bisa menarik minat banyak audiens untuk membeli atau menggunakan produk bisnis kamu.

Konten yang bertujuan untuk menarik minat audiens di dunia digital sering disebut dengan konten digital marketing. Menurut Forbes, strategi konten digital marketing adalah strategi marketing dengan membuat konten yang eye-catching, relevan, dan konsisten untuk menarik minat audiens.

Untuk bisa membuat konten digital marketing yang menarik, kamu harus pahami terlebih dahulu jenis konten yang dibutuhkan. Setelah itu, pelajari juga apa yang diinginkan audiens kamu. Berikut ini kami akan berikan info menarik seputar konten digital marketing untuk membantu perkembangan bisnismu!

Jenis Konten Digital Marketing

Ada banyak jenis konten yang bisa kamu gunakan untuk campaign digital marketing. Masing-masing konten ini jelas memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, pembuatan konten harus disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau target audiens kamu. Berikut ini adalah contoh konten digital marketing yang perlu kamu ketahui:

1. Artikel

Artikel merupakan konten berupa tulisan di website, blog, media sosial, ataupun channel bisnis kamu lainnya. Umumnya, konten artikel ini merupakan tulisan yang cukup panjang dan relevan dengan bisnis kamu.

Dalam membuat artikel, usahakan tulisan kamu mudah dibaca, informatif, dan relevan dengan bisnismu. Selain itu, buat tulisanmu menarik agar audiens tidak bosan untuk membaca sampai habis. Jangan sampai ada typo sedikitpun agar tulisanmu terlihat lebih terpercaya (credible).

Di akhir, perkuat artikel kamu dengan SEO untuk bisa berada di posisi teratas mesin pencari. Dengan berada di posisi tertinggi, maka tulisanmu akan semakin mudah ditemukan oleh para audiens.

Contoh konten artikel (baca di sini)

2. Video

Video merupakan konten yang sedang naik daun saat ini. Berdasarkan data, 97.4% penduduk Indonesia menonton konten video setiap minggunya di tahun 2022. Oleh karena itu, hampir dalam setiap campaign marketing brand besar, pasti bisa kita temukan konten video.

Banyak channel yang bisa kita gunakan untuk launching konten video yang kita buat. Di Indonesia sendiri, TikTok dan Instagram merupakan tempat yang paling hot saat ini untuk upload konten video.

Contoh Konten Video (Ralali)

3. Gambar

Konten gambar juga cukup populer ketika kita melakukan campaign digital marketing. Selain konten video, konten gambar dinilai cukup efektif dalam menarik minat audiens. Biasanya, konten gambar ini digunakan di channel media sosial seperti Instagram, Facebook, dan media lainnya.

Ketika membuat konten gambar, usahakan konten kamu konsisten dalam setiap layoutnya. Konsisten di sini berarti tulisan, warna, dan persona yang ada dalam setiap gambar sesuai dengan persona bisnis kamu dan tidak berubah-ubah.

Contoh konten digital marketing gambar
Contoh konten gambar

4. Email

Tidak hanya untuk berkomunikasi dengan pelanggan, email juga bisa kamu manfaatkan untuk melakukan campaign. Di email, kamu bisa membuat konten tulisan yang bertujuan untuk menarik minat penerima.

Kirim email seputar promo, bonus, dan info menarik lainnya kepada pelanggan atau audiens kamu. Pastikan judul email kamu eye-catching sehingga orang tertarik untuk membaca lebih lanjut. Selain itu, pastikan frekuensi email yang kamu kirim tidak berlebihan agar tidak dikira spam oleh penerima.

Contoh konten digital marketing email
Contoh konten email

Strategi Efektif untuk Membuat Konten Digital Marketing

Ada beberapa tips dan trik agar konten kamu bisa efektif dan menarik audiens. Berikut ini adalah beberapa saran dari kami yang mungkin perlu kamu terapkan dalam pembuatan konten:

1. Membuat Konten yang Relevan dan Update

Hal paling utama yang perlu kamu perhatikan dalam pembuatan konten adalah relevansi dengan bisnis kamu. Konten menarik yang tidak relevan dengan bisnismu hanya akan menarik audiens yang bukan jadi target.

Selain relevan, konten kamu juga harus up to date. Artinya, semua yang ada dalam konten tersebut masih valid dan juga sesuai dengan kondisi saat ini. Audiens pasti akan kecewa jika kamu membuat konten diskon, tapi ternyata sudah tidak valid lagi karena tanggalnya sudah lewat.

2. Memilih Jenis Konten yang Sesuai

Ada banyak sekali jenis konten seperti yang sudah kita sebutkan di atas. Memilih jenis konten yang sesuai dengan minat audiens sendiri memang butuh pengalaman. Jangan sampai konten yang kamu buat sama sekali tidak dilirik audiens karena memang jenisnya tidak cocok.

Jika target audiens kamu adalah Gen-Z, biasanya, konten video jauh lebih populer daripada konten artikel atau email. Jika target audiens kamu adalah pekerja kantoran, maka jenis konten email atau artikel mungkin lebih menarik perhatian mereka.

3. Menentukan Waktu Publikasi yang Tepat

Waktu publikasi juga sangat berpengaruh dalam engagement konten yang kamu buat. Jangan sampai konten kamu dipublikasikan di jam yang tidak sesuai.

Biasanya, ada beberapa media sosial yang menampilkan data jumlah pengunjung dalam setiap jam. Gunakan data ini untuk strategi dalam mempublikasikan konten. Cari jam saat pengunjung banyak melihat media sosial kamu dan publikasikan di jam tersebut!

4. Mempublikasikan Konten di Berbagai Channel

Gunakan setiap channel yang ada untuk mempublikasikan konten kamu. Dengan melakukan hal ini, kamu bisa menjangkau lebih banyak audiens. Ditambah lagi, channel kamu juga akan terlihat aktif di mata audiens. Channel yang terlihat aktif biasanya akan lebih mudah menarik calon pembeli daripada yang tidak.

Saat mempublikasikan konten di berbagai channel, pastikan untuk membuat CTA yang mengarah ke channel utama kamu. Hal ini akan memudahkan audiens yang ingin mengetahui atau bahkan membeli produk yang kamu buat.

Kesimpulan: Pentingnya Konten Digital Marketing

Konten sangat erat hubungannya dengan penjualan (sales). Dengan konten digital marketing yang baik, kamu bisa menarik banyak audiens untuk melihat atau bahkan membeli produk kamu. Karena alasan ini, 47% perusahaan di Indonesia memiliki divisi sendiri yang khusus membuat konten.

Konten juga bisa kamu gunakan sebagai tempat untuk membangun brand awareness dan persona dari bisnis kamu. Bagaimana bisa orang mengenal produk atau bisnis kamu jika tidak membuat konten? Oleh karena itu, rutin dalam membuat konten jelas sangat penting, apalagi untuk kamu yang baru memulai bisnis!

Kami sarankan untuk mengikuti tips dan trik membuat konten yang kami berikan. Pastikan konten kamu relevan, update, dan menarik agar banyak audiens yang tertarik! 

Ingin bisnis kamu berkembang? Kamu bisa berkonsultasi dengan Jenfi dan mendapatkan solusi yang tepat!

Sumber:

7 Digital Marketing Tips untuk Sukseskan Bisnismu

Open post

Kenapa Harus Digital Marketing?

Berdasarkan data, 4.9 miliar orang menggunakan internet pada tahun 2021. Jumlah ini dipastikan semakin bertumbuh pada tahun 2022 dan 2023. Dari data ini, akan sangat disayangkan jika kamu tidak memanfaatkan internet ini untuk memasarkan produk atau bisnis kamu.

Untuk bisa sukses dalam memasarkan produk di internet, maka diperlukan keahlian digital marketing. Singkatnya, digital marketing itu sendiri adalah strategi menggunakan channel digital untuk menjual atau mempromosikan bisnis dan produk yang dimiliki.

Banyak keuntungan yang bisa didapatkan dengan melakukan campaign secara digital. Berikut ini adalah beberapa contohnya:

Dari semua keunggulan di atas, kemampuan digital marketing jelas sangat dibutuhkan di era yang serba digital seperti sekarang ini. Oleh karena itu, kamu harus mengetahui beberapa digital marketing tips untuk dapat membantu perkembangan bisnismu!

1. Audiens

Hal pertama yang perlu kamu lakukan untuk bisa sukses dalam digital marketing adalah memahami audiens kamu sendiri. Dengan data yang kamu miliki, cari tahu informasi mayoritas seputar audiens kamu. Usia, jenis kelamin, hobi, dan sebagainya harus bisa terjawab terlebih dahulu dengan data yang kamu miliki.

Dengan memahami audiens, campaign, branding, dan konten yang kamu buat bisa lebih tepat sasaran. Jika sudah tepat sasaran, maka akan lebih mudah menarik minat mereka untuk membeli atau memakai produk dari bisnis kamu.

Salah dalam menentukan audiens bisa berakibat fatal untuk campaign kamu. Misalnya mayoritas audiens kamu adalah orang yang berusia 40 tahun keatas. Melakukan campaign dengan menggunakan bahasa dan style anak gen-Z jelas akan sulit diterima oleh mereka.

2. Riset Kompetitor

Dalam dunia bisnis Indonesia, kita sering mendengar istilah ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Hal yang sama juga perlu kamu lakukan agar campaign digital kamu sukses. 

Amati strategi marketing dari kompetitor kamu merupakan tips marketing yang kami anjurkan bagi kamu yang baru memulai campaign. Jika ternyata strategi mereka sukses, maka bisa kamu tiru dan juga modifikasi. Hal inilah yang kita namakan dengan riset kompetitor. Dengan melakukan riset kompetitor, strategi marketing kamu bisa lebih dinamis dan adaptif.

3. Konten Menarik dan Update

Konten adalah kunci dalam digital marketing. Semakin menarik konten yang kamu buat, semakin besar juga peluang marketing kamu sukses. Jangan lupa juga untuk menggunakan SEO agar konten kamu berada di paling atas mesin pencari.

Selain menarik, konten yang kamu buat juga harus up-to-date dengan perkembangan saat ini. Cari tahu apa yang sedang trend saat ini dan buat hal tersebut menjadi konten yang relate dengan bisnis kamu. Dengan melakukan hal ini, kamu bisa dengan cepat menarik perhatian banyak audiens.

Selain membuat konten yang baru, konten kamu yang lama juga harus diperbarui jika ada perubahan. Audiens pasti akan kecewa jika mengetahui konten yang kamu buat sebelumnya sudah tidak valid lagi. Digital marketing tips ini bisa dikatakan yang paling sulit karena kita harus terus update dan berkreasi.

4. Aktif di Media Sosial

Media sosial merupakan tempat utama untuk kamu melakukan campaign digital marketing. Berdasarkan data, 86% masyarakat Indonesia belanja melalui media sosial. Tidak aktif di berbagai sosial media sama saja dengan mengabaikan sebagian besar audiens kamu!

Presence di media sosial sangat penting agar campaign digital marketing kamu sukses. Audiens akan lebih cepat familiar dengan bisnis atau produk kamu jika kamu aktif hadir dalam feed media sosial mereka.

Aktif di media sosial tidak hanya dengan rutin membuat konten saja. Kamu juga wajib membalas pesan dari audiens atau follower. Brand kamu akan dikenal sebagai brand yang fast response jika rutin melakukan hal ini dan engagement juga akan semakin meningkat.

5. Integrasi Campaign

Pastikan campaign yang kamu lakukan sudah terintegrasi di semua channel yang kamu miliki. Contohnya adalah, jika melakukan campaign lewat media sosial, pastikan campaign ini juga ada di blog. 

Jangkauan campaign kamu bisa semakin luas jika banyak channel yang terintegrasi. Dengan adanya integrasi campaign, kamu tidak hanya menjangkau audiens lama, tetapi juga calon audiens baru. 

Beberapa contoh channel untuk melakukan campaign antara lain blog, media sosial, Google ads, dan masih banyak lagi channel digital marketing lainnya. Gunakan CTA (Call to Action) agar audiens mengarah ke website utama atau tujuan akhir campaign kamu.

Selain channel online, kamu juga wajib memanfaatkan channel offline. Beberapa contoh channel offline adalah billboard, iklan radio dan TV, dan lainnya. Kombinasi antara campaign online dan offline biasanya memberikan hasil yang efektif.

6. Selalu Bereksperimen dan Mencoba Hal Baru

Dunia digital marketing sangat dinamis dan berubah dengan sangat cepat. Tidak ada rule of thumb agar campaign kamu selalu sukses dan diterima oleh audiens.

Karena alasan ini, kami sangat menyarankan agar kamu terus bereksperimen dalam setiap strategi campaign. Lakukan hal yang baru untuk mengetahui apakah strategi tersebut efektif atau tidak. Tips digital marketing ini tetap harus dilakukan meskipun memang sedikit beresiko.

Tidak apa-apa jika ternyata eksperimen kamu berakhir dengan kegagalan. Kamu tetap bisa mendapatkan data dan pembelajaran (learning) dari eksperimen tersebut. 

Semakin sering bereksperimen dengan hal baru, semakin cepat juga kamu mengetahui keinginan audiens. Jika sudah mengetahui yang diinginkan audiens, maka bisnis kamu juga bisa semakin cepat growth atau berkembang.

7. Review dan Evaluasi

Setelah selesai melakukan campaign, pastikan kamu melakukan review dan evaluasi. Apakah campaign kamu sukses? Jika sukses, apa yang jadi faktor kuncinya? Jika gagal, di mana letak kesalahannya? Semua pertanyaan ini harus bisa terjawab dalam setiap evaluasi.

Hasil dari evaluasi ini bisa kamu manfaatkan untuk strategi campaign berikutnya. Kesalahan yang sama tidak akan terulangi lagi jika kamu rutin dalam melakukan evaluasi dan review.

Kesimpulan

Jadi, bisa kita simpulkan bahwa pemanfaatan digital marketing sangat penting bagi perkembangan bisnis di era digital saat ini. Dengan memanfaatkan berbagai platform digital dan menerapkan digital marketing tips yang tepat, jangkuan bisnis kamu bisa lebih luas. 

Semakin banyak orang yang sadar dengan produk atau brand kamu (brand awareness), semakin mudah juga kamu memasarkan produk. Oleh karena itu, setiap bisnis perlu memahami potensi digital marketing dan menggunakannya secara optimal.

Ingin bisnis kamu berkembang? Kamu bisa berkonsultasi dengan Jenfi dan mendapatkan solusi yang tepat bagi bisnis kamu.

Source:

7 Sumber untuk Dapat Modal Bisnis untuk Kamu Pemilik Usaha!

Open post

Selain koneksi, modal merupakan salah satu elemen utama untuk memulai bisnis. Semakin tinggi modal yang dimiliki oleh owner, semakin besar kemungkinan bisnis tersebut bertahan terlepas dari kondisi bisnisnya.

Bagi kamu yang ingin memulai bisnis maka sebaiknya kamu cari modal usaha terlebih dahulu. Modal ini bisa kamu dapatkan dari berbagai sumber mulai dari dana pribadi, keluarga maupun pihak lain.

Jika kamu sudah punya bisnis, maka modal tambahan juga tetap kamu butuhkan. Dunia bisnis yang sangat dinamis terkadang membuat rencana dari owner tidak berjalan semestinya. Tidak jarang modal dari owner habis di tengah jalan. Pada situasi seperti ini, tentu kamu sebagai owner perlu mencari sumber dana atau modal tambahan agar bisnis bisa terus berjalan.

Ada banyak cara dapat modal usaha yang bisa kita lakukan sebagai pemilik bisnis, baik itu bisnis offline maupun bisnis online. Di sini, akan kami jelaskan sumber modal usaha bagi kamu yang ingin memulai bisnis!

Sumber dana untuk modal bisnis

Aset Pribadi dan Tabungan

Menjual aset pribadi atau memakai tabungan adalah langkah termudah untuk mendapatkan modal usaha. Dengan melakukan hal ini, kamu bisa dapat modal usaha tanpa perlu meminjam dari tempat lain.

Karena tidak ada yang pasti dalam dunia bisnis, kami sarankan untuk tidak menjual semua aset atau memakai seluruh tabungan untuk jadi modal bisnis. Sisihkan penghasilan atau gaji kamu setiap bulan agar modal bisa terkumpul. Selain itu, aset yang kamu jual untuk modal haruslah aset yang jarang kamu gunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Keluarga atau Orang Terdekat

Selain dari dana pribadi, para owner biasanya mengajak keluarga atau orang terdekat untuk bergabung ke bisnis mereka dan menjadi mitra bisnis. Tujuan dari sini adalah agar mereka bisa mendapatkan pendanaan lebih untuk modal bisnis. 

Jika nanti orang tua atau kerabat mau menjadi rekan bisnis kamu, maka pastikan pembagian keuntungan atau pembagian saham memuaskan kedua belah pihak. Hal ini untuk menghindari konflik yang akan terjadi nantinya.

Jika mereka hanya sebatas meminjamkan modal bisnis saja, maka kamu harus komitmen untuk mengembalikan dana sesuai dengan tenggat waktu yang sudah disepakati. Akan lebih baik jika kamu mengembalikan dananya lebih cepat. Tujuannya adalah agar kepercayaan mereka dan citra bisnis kamu tetap terjaga di kalangan orang terdekat.

Pinjaman di Bank (Kredit Bank)

Meminjam dari bank merupakan langkah untuk mencari modal yang paling sering dilakukan oleh orang yang ingin mulai bisnis. Di Indonesia sendiri, istilah ini kita kenal sebagai Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Bank sendiri menerapkan sistem debt (hutang) ketika memberikan pinjaman. Artinya adalah, peminjam harus membayarkan bunga tambahan juga. Proses pengembalian pinjaman adalah dengan sistem cicilan setiap bulan.

Selain bunga yang terkadang cukup tinggi, ada beberapa kelemahan lain yang perlu kamu perhatikan. Untuk beberapa kasus, bank memerlukan aset pribadi atau aset bisnis sebagai jaminan peminjaman. Jadi, jika nanti kamu gagal membayar, maka aset tersebut akan disita oleh pihak bank. Oleh karena itu, sebelum meminjam dana bisnis dari bank, kamu harus memperhatikan dengan detail semua persyaratan yang tertulis.

Platform Fintech

Cara lain memperoleh modal usaha yang sering digunakan oleh owner adalah lewat platform fintech. Seperti yang sudah sama-sama kita ketahui, sudah banyak platform fintech di Indonesia. Pada tahun 2022 ini, sudah ada 352 fintech yang tercatat di fintech.id. Beberapa dari fintech ini menawarkan pinjaman dana untuk bisnis atau modal usaha.

Sistem pinjaman yang mereka tawarkan juga bervariasi. Di Indonesia sendiri, sistem yang paling terkenal adalah fintech P2P Lending. Pada sistem ini, fintech akan menjadi platform yang mempertemukan orang banyak dengan pemilik bisnis yang membutuhkan modal usaha. Akan ada bunga juga yang dikenakan untuk peminjam jika menggunakan sistem ini, sama seperti pinjaman di bank. Jika imbal hasil yang ditawarkan oleh pelaku bisnis cukup tinggi, maka akan semakin banyak orang yang bersedia meminjamkan dana.

Selain P2P Lending, ada lagi platform fintech yang menerapkan sistem revenue-based financing. Pada sistem ini, pemilik bisnis juga dikenakan bunga, sama seperti pinjaman di bank atau P2P Lending. Bedanya di sini adalah, bunga yang diberikan fleksibel tergantung dari pendapatan bisnis pada bulan tersebut. Jadi, dengan sistem ini, kamu tidak akan berat untuk membayar bunga seperti dengan di bank yang flat setiap bulannya. Sistem pendanaan seperti ini cocok untuk bisnis yang sudah menghasilkan profit setiap bulannya.

Angel Investor

Angel investor adalah orang yang memiliki kekayaan cukup tinggi dan bisa jadi salah satu tempat kamu untuk mendapatkan modal bisnis. Menurut Mycorporation, para angel investor ini memiliki kekayaan bersih lebih dari 1 juta dolar. Mereka biasanya akan dengan sukarela memberikan modal untuk tahapan bisnis yang baru merintis dan memiliki prospek menarik kedepannya. Sebagai gantinya, mereka akan meminta beberapa persen kepemilikan bisnis kamu.

Biasanya, untuk mendapatkan dana dari angel investor, kamu perlu mempresentasikan ide bisnismu sebaik mungkin. Buat mereka tertarik dengan ide bisnis kamu, baik itu dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Semakin menarik bisnis kamu di mata orang banyak, semakin  mudah pula kamu akan mendapatkan dana dari para angel investor.

Pemerintah dan Swasta

Cara mendapatkan pendanaan bisnis lain yang sangat menarik adalah lewat pemerintah. Di Indonesia sendiri, ada program pemerintah dengan nama BLT UMKM. Pada program ini, pemerintah akan meminjamkan dana untuk pelaku bisnis dengan bunga 0% (tanpa bunga). Cara mendapatkan modal usaha dari pemerintah ini wajib kamu coba bagi kamu yang tidak memiliki modal sama sekali.

Untuk bisa mendapatkan modal dari pemerintah ini, ada beberapa persyaratan yang perlu kamu ketahui. Bisnis yang kamu miliki harus bisnis UMKM skala mikro dengan aset kurang dari 50 juta rupiah. Selain itu, kamu juga tidak sedang melakukan pinjaman di Kredit Usaha Rakyat yang lainnya.

Selain pemerintah, kamu juga bisa mendapatkan modal dari perusahaan-perusahaan swasta. Biasanya, perusahaan ini sering mengadakan lomba inovasi bisnis. Hadiah untuk pemenang dari lomba ini biasanya merupakan uang yang cukup besar. Untuk bisa menang dengan cara ini, kamu harus siapkan bahan presentasi sebaik mungkin!

Modal Konsumen

Bagi kamu yang memiliki bisnis jasa atau bisnis dengan sistem pre order, maka kamu bisa memakai modal konsumen terlebih dahulu. Di sini, sistemnya hampir sama dengan uang muka atau down payment (DP). Setelah mereka membayarkan sebagian di uang muka ini, barulah kamu bisa memproses orderan yang mereka minta. Setelah semua orderan berhasil kamu selesaikan, maka kamu berhak untuk meminta bayaran penuh. Cara ini sangat cocok bagi kamu yang memiliki bisnis modal kecil.

Perhatikan Hal ini Sebelum Pinjam Dana untuk Modal Bisnis

Dari bacaan di atas, kamu yang mau mulai bisnis atau yang butuh modal tambahan jadi tahu cara untuk mendapatkan dana tambahan. Sebelum kamu mengajukan pinjaman dari opsi di atas, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan agar tidak gagal bayar nantinya:

  • Nominal pinjaman: Pastikan besarnya pinjaman sesuai dengan tujuan bisnis kamu. Meminjam dana terlalu besar dikhawatirkan tidak akan terpakai sepenuhnya sehingga tidak efektif untuk keberjalanan bisnis kamu.
  • Bunga: Pastikan bunga yang diberikan tidak memberatkan cash flow bisnis kamu.
  • Jangka waktu: Pastikan jangka waktu pinjaman sesuai dengan target bisnis kamu.
  • Profil peminjam: Jika kamu ingin mengajak keluarga atau kerabat untuk membantu bisnismu, pastikan orang tersebut merupakan orang yang bisa dipercaya.

Sumber

Tahap Pendanaan Startup: Kenali Lebih Dalam Pendanaan Bisnismu!

Open post

Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan startup tercepat. Tercatat pada tahun 2022, sudah sekitar 2,346 startup yang ada di sini. Jumlah ini menjadikan Indonesia di urutan kelima sebagai negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia. Empat negara di atas Indonesia ada Amerika Serikat, India, Britania Raya, dan Kanada.

Sebagai salah satu negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia, pernahkah kamu bertanya, “bagaimana cara startup ini bisa survive? Bagaimana skema pendanaan startup mereka?”

Hampir semua startup di Indonesia memang masih belum bisa mencatatkan profit. Bahkan, ada beberapa startup yang belum memiliki produk. Karena alasan ini, biasanya dana yang mereka dapatkan berasal dari luar (funding) dan bukan dari kinerja perusahaan mereka.

Dalam dunia startup, ada beberapa tahapan dalam pendanaan, mulai dari pre-seed sampai akhirnya melakukan initial public offering (IPO) di bursa saham. Startup yang sudah sangat besar biasanya berada di tahapan pendanaan yang lanjut. Di sini, akan kita bahas semua jenis tahapan pendanaan startup di Indonesia dan pada umumnya!

Jumlah Startup di Indonesia dari Tahun ke Tahun
Sumber: Data olahan pribadi

Tahap Pre-seed atau Bootstrapping

Tahap bootstrapping atau pre-seed merupakan tahap awal dalam startup. Di sini, startup biasanya masih baru berupa ide. Founder atau pendiri masih menggunakan dana pribadi mereka untuk mengeksekusi ide-ide mereka atau melakukan riset. Biasanya, semakin besar dana yang dimiliki oleh founder, semakin besar juga peluang startup untuk tetap bertahan sampai ke fase selanjutnya.

Tahap Seed Funding

Berdasarkan data yang dilansir dari Alpha JWC, 29% startup berhenti total akibat kehabisan dana di tahap bootstrapping. Hal ini karena startup sudah mulai bertumbuh dan biaya untuk eksekusi ide semakin besar. Para founder tidak bisa terus-terusan memakai dana pribadi. Akan ada saatnya mereka butuh pendanaan (funding) dari pihak luar. Tahap inilah yang sering kita kenal dengan istilah tahap seed funding atau ketika founder mencari pendanaan startup dari pihak luar.

Pada tahap seed funding, yang mendanai suatu startup biasanya dari orang terdekat, angel investor, atau crowdfunding. Di sini, para founder harus melakukan pitching agar ide mereka disambut positif oleh calon investor baru. Semakin menarik ide yang dimiliki oleh founder, semakin mudah mereka mendapatkan pendanaan dari investor baru.

Tahap Pendanaan Seri A

Pada tahapan ini, biasanya startup sudah berkembang dan memiliki produk serta pelanggan. Startup ini ingin lebih memperkenalkan produk mereka keluar, akan tetapi, dana dari perorangan sudah tidak mencukupi lagi. Pada tahap inilah venture capital mulai berperan karena mereka bisa memberikan dana yang sangat tinggi. Tahap awal pendanaan startup oleh venture capital sering kita kenal dengan istilah Pendanaan Seri A. 

Dana dari pendanaan Seri A ini biasanya digunakan oleh founder untuk melakukan ekspansi dan memperbanyak pengguna layanan mereka atau pelanggan. Inovasi dan terobosan dibutuhkan oleh startup yang sudah bertahan di tahap ini agar mereka bisa terus survive.

Tahap Pendanaan Seri B

Startup yang sudah menerima pendanaan Seri B biasanya merupakan startup yang besar dan dikenal publik. Produk atau layanan mereka sudah semakin banyak digunakan oleh orang-orang. Startup ini biasanya menggunakan pendanaan yang didapatkan untuk melakukan ekspansi lebih besar lagi serta mengeluarkan layanan atau produk terbaru yang lebih inovatif. Sumber pendanaan startup di Seri B ini biasanya sudah dari perusahaan investasi yang besar.

Tahap Pendanaan Seri C

Jika startup sudah mendapatkan pendanaan Seri C, berarti startup tersebut sudah menjadi salah satu yang terbesar di bidangnya. Mereka sudah memiliki pasar yang jelas dan pengguna yang tersebar luas.

Dana yang digunakan oleh startup ini biasanya dipakai untuk mengakuisisi perusahaan lain atau startup lain yang jadi saingan. Selain itu, mereka juga biasanya menggunakan dana untuk melakukan inovasi dan masuk pasar lain sambil tetap mempertahankan produk utama mereka.

Perusahaan investasi yang memberikan dana pada pendanaan Seri C biasanya sudah cukup banyak. Perusahaan investasi ini biasanya mengharapkan return yang jauh lebih besar saat startup menjual saham mereka ke publik (IPO).

Sebenarnya, setelah tahapan pendanaan Seri C, ada lagi tahapan pendanaan Seri D sampai Seri F. Akan tetapi, tahapan ini biasanya hanya digunakan untuk keperluan khusus seperti melakukan ekspansi. Setelah tahapan pendanaan Seri C, umumnya startup akan melakukan IPO (initial public offering).

Initial Public Offering (IPO)

Initial public offering (IPO) merupakan tahapan pendanaan yang paling akhir atau biasa dikenal dengan exit strategy. Pada tahapan ini, startup sudah mengambil keputusan agar saham mereka bisa diperdagangkan ke publik lewat bursa saham. Di Indonesia sendiri, ada dua (2) startup yang sudah melakukan IPO, yakni Bukalapak dan Gojek yang merger dengan Tokopedia.

Dengan memutuskan untuk melakukan IPO, berarti startup sudah setuju untuk menjadi perusahaan terbuka. Segala aktivitas dan laporan keuangan yang mereka miliki harus selalu dibuka untuk umum. Orang jadi bisa melihat kinerja startup tersebut dan mengetahui arus kas yang mereka miliki.

Dana dari IPO ini biasanya digunakan startup untuk melakukan inovasi lebih lanjut. Selain memperkuat layanan produk dan servis mereka, dana ini juga biasanya digunakan untuk merambah ke bisnis lain.

Total Pendanaan Startup di Indonesia dari Tahun ke Tahun
Sumber: Data olahan pribadi

Seputar Jenfi

Jenfi sendiri merupakan startup finansial yang memberikan solusi finansial untuk pertumbuhan bisnis kamu. Sebagai owner bisnis, kamu bisa berkonsultasi bersama tim kami untuk meningkatkan penjualan.

Pada tahun 2022 ini, kami sudah banyak membantu beberapa startup untuk berkembang. Dua contoh startup besar yang sudah bekerja sama dengan kami antara lain Ralali dan Logisly.

Ralali

Ralali merupakan wholesale marketplace yang sudah bertumbuh sangat besar di Indonesia. Sudah banyak perusahaan yang melakukan pendanaan di startup ini. Tahun 2022 ini, Ralali berhasil meraih pendanaan Seri D dari ACA Investment sebesar 2 juta USD.

Logisly

Logisly merupakan salah satu platform trucking terbesar di Indonesia. Sampai saat ini, Logisly masih dalam tahap pendanaan Seri A. Pada tahun 2020 lalu, Logisly mendapatkan dana sebesar 87.7 miliar rupiah dari Monks Hill Ventures.

 

Apakah kamu sudah familiar dengan istilah tahap pendanaan di atas? Jika kamu ingin konsultasi bisnis, tidak ada salahnya untuk kontak Jenfi sekarang! 

Source

 

Apa Perbedaan Peer to Peer Lending dan Crowdfunding?

Open post

Di era sekarang ini, dana dan modal untuk bisnis bisa kita dapatkan dari berbagai sumber. Tidak hanya dari pinjaman bank saja seperti bertahun-tahun yang lalu (bank loan), sekarang sudah banyak fintech yang siap mendanai bisnis kamu.

Dua jenis fintech yang biasa dijadikan tempat untuk meminjam dana oleh bisnis yang sedang tumbuh adalah crowdfunding dan juga peer-to-peer lending. Dari namanya, seperti tidak ada perbedaan antara kedua jenis fintech ini. Secara keseluruhan, memang kedua fintech ini memiliki dasar yang sama, yakni mendapatkan pinjaman dana dari sekumpulan orang yang melakukan investasi. Lalu, apa bedanya?

Jika kita melihat lebih detail lagi, ada perbedaan yang besar antara crowdfunding dan peer-to-peer lending (P2P lending). Masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Apa saja perbedaannya? Bagaimana konsep pendanaan dari crowdfunding dan p2p lending? Semuanya akan kita bahas bersama-sama dalam artikel ini:

Crowdfunding

Crowdfunding adalah pendanaan yang diberikan oleh sekelompok orang atau investor yang biasanya dilakukan pada tahap awal sebuah bisnis. Berdasarkan statistik, di Indonesia sendiri, pendanaan dengan sistem crowdfunding sudah menyentuh angka 5,9 juta USD di tahun 2022. Jumlah ini akan terus meningkat dan berdasarkan prediksi akan menyentuh angka 6.7 juta USD di tahun 2027.

Proses pendanaan dari crowdfunding sudah bisa dilakukan secara online. Jadi, ketika kamu memiliki projek atau ide bisnis menarik, maka kamu harus membuat proposal dan mempresentasikannya kepada para calon pemberi dana. Jika ide bisnis atau projek kamu menarik, maka mereka akan dengan senang hati meminjamkan sejumlah dana.

Karena crowdfunding ini biasanya dilakukan di tahap awal bisnis, tidak ada syarat untuk mengembalikan dana pinjaman tersebut. Jadi, dalam bentuk apa imbalannya? Bagaimana cara mengembalikannya? Berikut ini adalah tiga (3) sistem pendanaan yang biasa dilakukan di crowdfunding dan imbalan dari masing-masing sistem tersebut:

  • Donation-based crowdfunding atau sistem donasi: Pada sistem ini, pemodal akan dengan sukarela memberikan donasi untuk bisnis atau projek kamu. Tidak ada kewajiban dari kamu sebagai pemilik bisnis untuk mengembalikan dana tersebut.
  • Reward-based crowdfunding atau sistem hadiah: Di sistem ini, pemodal akan mendapatkan hadiah atau reward ketika bisnis atau projek kamu sudah berhasil mengeluarkan produk. Hadiah di sini biasanya berupa diskon yang tinggi, early access, merchandise, atau produk dengan label khusus untuk para pemodal.
  • Equity-based crowdfunding: Sesuai dengan namanya, pada sistem ini, pemodal akan mendapatkan beberapa persen kepemilikan saham sesuai dengan besarnya pendanaan yang diberikan.

Peer-To-Peer Lending (P2P Lending)

Peer-to-peer lending (P2P Lending) memiliki sistem hampir sama dengan crowdfunding yang menggalang dana dari banyak orang. Perbedaan utamanya di sini adalah, dalam sistem peer-to-peer lending, imbalan yang diberikan berupa beberapa persen bunga dari nominal yang dipinjam, sama seperti sistem debt financing. 

Pendanaan dengan sistem P2P Lending ini biasanya diajukan oleh perusahaan yang sudah memiliki nama. Mereka memiliki projek yang besar sampai jangka waktu tertentu dan membutuhkan dana untuk menjalankan projek tersebut. Untuk mendapatkan dana ini, mereka akan menghubungi fintech P2P Lending, mengajukan dana yang ingin dipinjam, dan memberikan persentase bunga yang nanti akan dijadikan imbalan. Jika bunga imbalan yang perusahaan tawarkan tinggi maka akan banyak orang yang meminjamkan dana untuk projek atau perusahaan tersebut.

Di Indonesia sendiri, P2P Lending berkembang dengan sangat pesat. Berdasarkan statistik, pada tahun 2018, pendanaan dengan metode P2P Lending mencapai angka 5.04 triliun rupiah. Jumlah ini meningkat sangat tajam pada tahun 2022 yang sudah tembus 40.17 triliun!

Perbedaan P2P Lending dan Crowdfunding

Dari penjelasan di atas, kita semua kira-kira sudah bisa mengetahui perbedaan antara crowdfunding dan juga peer-to-peer lending. Selain kedua ini, sebenarnya masih ada lagi jenis pinjaman yang lain. Berikut ini akan kami breakdown secara lebih detail perbedaan dari dua jenis pendanaan ini:

  • Konsep pinjaman

Sistem pendanaan P2P Lending memiliki konsep pinjaman. Jadi, dalam sistem ini, peminjam wajib mengembalikan dana dan ditambah dengan bunga yang sudah disepakati. Sementara itu pada sistem pendanaan crowdfunding, memiliki konsep donasi. Jadi, peminjam tidak diwajibkan untuk mengembalikan dana.

  • Target dan level bisnis

Pendanaan crowdfunding biasanya diajukan oleh bisnis atau projek yang masih baru dibentuk (early stage) sementara pendanaan P2P lending diajukan oleh perusahaan yang established. 

  • Imbalan

Imbalan dari sistem pinjaman P2P Lending hanya berupa bunga saja, sama seperti debt financing pada umumnya. Sementara itu, sistem pinjaman dari crowdfunding biasanya meminta imbalan yang bervariasi, equity, diskon, merchandise, early access, sampai produk khusus untuk para pemodal.

  • Lama waktu peminjaman

Sistem pinjaman P2P Lending biasanya memiliki tenor yang ketat. Umumnya, jangka waktu peminjaman di sini mulai dari 3 bulan sampai 1 tahun. Peminjam akan mendapatkan denda jika belum mengembalikan dana sampai tanggal tenor.

Untuk crowdfunding, tenor yang dimiliki bisa lebih fleksibel karena menunggu projek tersebut selesai atau ada produk yang dihasilkan. Jangka waktunya bisa lebih lama dari P2P lending karena bisa lebih dari 1 tahun.

Tips Mengurangi Resiko Jika Menjadi Pemodal P2P Lending dan Crowdfunding

Sudah banyak platform P2P lending dan juga crowdfunding yang bisa kita temukan di internet. Di platform ini, kita juga bisa berpartisipasi memberikan dana dan menjadi pemodal untuk ide serta bisnis yang menarik tanpa perlu dana yang besar. Dengan return yang tinggi biasanya orang banyak tertarik untuk mulai memberikan dana atau modal ke bisnis-bisnis tersebut.

Bagi kamu yang juga tertarik untuk menjadi pemodal, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan terlebih dahulu. Sebaiknya, kamu tidak terlalu terpaku hanya pada imbalan saja. Berikut ini adalah yang harus kamu perhatikan sebelum mulai memberikan pendanaan, baik itu untuk P2P Lending dan juga Crowdfunding:

Perhatikan profil dan riwayat peminjam atau perusahaan

Hal paling utama yang perlu kamu perhatikan sebelum memberikan pendanaan adalah profil dari peminjam tersebut. Untuk P2P Lending, perhatikan riwayat dari perusahaan yang mengajukan pinjaman. Berapa kali sudah pernah meminjam? Apakah pernah gagal bayar atau terlambat bayar? Apa jaminannya? Semua jawaban dari pertanyaan ini harus bisa meyakinkan kamu.

Untuk crowdfunding, juga berlaku hal yang sama. Siapa peminjamnya? Apakah peminjam benar-benar serius dalam mengerjakan projek yang mereka ajukan? Apakah peminjam sebelumnya sudah pernah menjalankan projek serupa? 

Perhatikan projek bisnis dan produk yang sedang mereka kerjakan

Setelah kamu yakin dengan profil dari peminjam, maka langkah berikutnya adalah perhatikan projek bisnis yang akan mereka lakukan. Dana yang sudah kita gunakan harus mereka manfaatkan untuk projek yang menarik atau membuat produk yang bagus jika ada di sistem crowdfunding.

Hal yang sama berlaku jika ingin memberikan dana di sistem P2P Lending. Jangan sampai dana yang kita pinjamkan untuk kegiatan yang tidak efektif seperti pembayaran hutang, dan lain-lain.

Sistem P2P Lending atau Crowdfunding untuk Bisnis Saya?

Bagi kamu yang masih tahap awal dalam dunia bisnis atau bahkan memiliki ide projek yang menarik, pinjaman metode crowdfunding sangat cocok untuk kamu. Akan sangat mudah untuk mendapatkan dana dari investor jika mereka menyambut positif projek atau produk yang sedang kamu kerjakan.

Bagi kamu yang sudah memiliki bisnis cukup besar dengan cash flow positif, maka sistem pendanaan P2P lending merupakan yang terbaik. Sistem ini tidak akan menguras kepemilikan dari bisnis kamu. Jika bunga imbalan yang kamu tawarkan besar, maka akan ada banyak orang yang siap mendanai bisnis kamu.

Angel Investor vs Venture Capital: Mana yang Cocok untuk Bisnis Saya?

Open post

Modal merupakan salah satu elemen utama dalam dunia bisnis. Jika kamu memiliki bisnis yang sudah stabil dengan cash flow yang selalu positif, mendapatkan pinjaman modal bisa sangat mudah. Bank pasti akan dengan senang hati meminjamkan uang untuk kamu.

Tapi, bagaimana jika kamu baru merintis bisnis startup? Dengan cash flow yang negatif dan (biasanya) masih belum ada pemasukan, apakah bank juga akan dengan sukarela meminjamkan modal atau dana? Biasanya untuk kasus ini akan sangat sulit.

Jadi, dari mana startup ini bisa mendapatkan dana? Jawabannya bisa dari venture capital, dari angel investor, dan juga beberapa startup fintech dengan sistem pendanaan yang bermacam-macam. Mereka-mereka ini akan dengan senang hati memberikan pinjaman modal dan dana kepada startup yang sedang growth dan memiliki prospek bagus di masa depan.

Tahukah kamu apa perbedaan dari angel investor dan juga venture capital? Semuanya akan kita bahas bersama di sini!

Angel Investor

Angel investor merupakan seorang individu yang memiliki harta yang banyak yang mau memberikan modal ke suatu startup. Saat memberikan modal, mereka akan meminta beberapa persen kepemilikan saham dari startup tersebut (equity).

Angel sendiri memiliki arti “malaikat” dan sama seperti namanya, angel investor ini berarti seorang investor malaikat. Mereka biasanya akan dengan sukarela membantu startup yang baru didirikan dan masih belum memiliki pasar. Jadi, investasi mereka di startup ini bisa dikatakan memiliki resiko yang tinggi.

Angel investor ini biasanya adalah orang terdekat, kerabat, sahabat, atau juga saudara dari pemilik startup. Tidak jarang juga angel investor merupakan kumpulan orang-orang kaya yang sedang mencari startup potensial. Kita sebagai pemilik startup harus pitching terlebih dahulu agar mereka tertarik untuk investasi di tempat kita (sama seperti series “Shark Tank”). Karena dana dari angel investor ini merupakan dana pribadi, biasanya jumlahnya tidak terlalu besar.

Venture Capital

Venture capital merupakan perusahaan finansial yang memberikan dana kepada startup dan menjadi investor. Perusahaan ini juga mengincar kepemilikan saham dari startup yang mereka investasikan.

Karena venture capital ini merupakan perusahaan investasi, keputusan mereka dalam memberikan pendanaan untuk startup tidak lebih fleksibel daripada angel investor. Mereka akan memberikan pendanaan atau modal ke startup yang sudah memiliki pasar atau produk yang jelas. Di banyak kasus, biasanya venture capital akan mulai masuk setelah ada proses pendanaan dari angel investor.

Venture capital sendiri biasanya akan memberikan pendanaan lebih dari satu kali untuk startup yang mereka nilai memiliki potensi tinggi. Biasanya, mereka akan memberikan dana pada tahap-tahap tertentu. 

Perbedaan Angel Investor dan Venture Capital

Perbedaan Venture Capital dan Angel Investor

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kita semua pasti sudah bisa membayangkan beberapa perbedaan utama antara angel investor dan juga venture capital. Berikut ini akan kami breakdown semua perbedaan dari kedua sumber dana ini:

  • Pemberi Dana

Pemberi dana dari angel investor merupakan perorangan yang menggunakan harta pribadi mereka sendiri sementara venture capital merupakan perusahaan investasi yang memberikan dana ke startup lewat dana perusahaan mereka.

  • Fleksibilitas

Karena yang memberikan dana di angel investor adalah perorangan, jadi mereka bisa lebih fleksibel dalam memilih jenis startup untuk didanai, baik itu startup yang sudah berkembang atau startup yang bahkan baru dibentuk. Sementara itu, venture capital akan lebih strict dalam memilih startup yang menjadi target pendanaan. Biasanya, startup yang jadi target venture capital setidaknya sudah memiliki pasar tersendiri, memiliki produk, dan prospek masa depan yang sangat cerah.

  • Proses Pemberian Pendanaan

Umumnya, ada lima (5) jenis tahapan dalam pemberian modal dan pendanaan untuk startup dan tahapan tersebut adalah:

  • Seed capital
  • Startup capital
  • Early stage capital
  • Expansion capital
  • Late stage capital

Biasanya angel investor hanya memberikan pendanaan sebanyak satu (1) kali saja di awal (seed capital). Baru setelah itu, masuk venture capital yang biasanya memberikan pendanaan yang bisa lebih dari 1 kali pada setiap stage. 

  • Jumlah Modal atau Dana

Dana dari angel investor merupakan dana pribadi dari seorang investor sehingga jumlahnya pasti akan terbatas jika ingin dipinjamkan ke startup. Oleh karena itu, dana dari venture capital yang mengalir ke startup biasanya akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angel capital.

  • Imbalan dari Investasi

Baik itu angel investor maupun venture capital sama-sama menginginkan equity dari startup yang mereka investasikan. Perbedaan dari keduanya di sini adalah, biasanya angel investor hanya menginginkan saham atau equity dari startup tersebut saja sementara venture capital biasanya menginginkan beberapa posisi eksekutif sebagai pengambil keputusan bisnis startup tersebut.

  • Resiko

Resiko yang dimiliki oleh angel investor biasanya jauh lebih tinggi karena mereka berinvestasi ke startup yang bahkan baru terbentuk dan belum memiliki produk apapun. Sementara itu, venture capital yang berinvestasi ke startup yang sudah jelas biasanya memiliki resiko yang rendah.

Mana yang Terbaik?

Dari semua perbedaan yang ada di atas, kita bisa pahami bahwa kedua jenis pendanaan ini memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Semua startup pasti membutuhkan dua 2 jenis pendanaan ini (angel investor dan venture capital).

Biasanya, jika kamu memiliki ide menarik untuk sebuah produk dan membutuhkan dana untuk modal, maka kamu membutuhkan angel investor di tahap ini. Namun, seiring bertambahnya waktu dan startup kamu sudah menjadi perusahaan yang terus berkembang maka venture capital merupakan orang yang harus kamu cari jika membutuhkan pendanaan. Venture capital inilah yang akan memberikan dana yang jauh lebih tinggi agar startup kamu bisa lebih growth lagi!

5 Tren Bisnis eCommerce Teratas di 2021

Open post

Measuring The Advertising Effectiveness Of A Marketing Campaign - 8 Vital Metrics For Marketers

Advertising Metrics

Measuring the advertising effectiveness of a marketing campaign is the foundation for growth marketers. Using ad metrics reasonably, we can determine how well our performance is and what factors it needs to drive better results.

So, how well do you understand the advertising metrics? Explore 8 critical advertising KPIs in this article with Jenfi Capital.

What Are Advertising Metrics?

Advertising Metrics

Advertising metrics, also known as KPIs (Key Performance Indicators), are standards used to measure and track the performance of digital marketing campaigns.

These indicators are measured with exact values. Through that, the marketing team will determine whether their marketing campaign has brought significant results or not. 

With the explosion of social networks, various marketing methods, and many separate tools, advertising channels, and techniques, determining advertising performance metrics is paramount to defining the victory of marketing campaigns.

The Importance Of Using Advertising Metrics 

Advertising Metrics

It is very easy to lose time and money in digital marketing if you do not know clearly your goals. This happens when you use many advertising tools but do not collect and analyze metrics in each stage.

Deploying a series of advertising activities takes up as much financial as human resources. Understanding and managing advertising indicators will help us measure efficiency and use the money wisely.

Advertising metrics also help businesses determine the progress of running marketing campaigns. Also, they help figure out which campaigns are performing well and which ones need to be reevaluated. Eventually, it ensures your company is spending valuable budgets in the right way. 

Jenfi Insights - An all-in-one tool that helps your company to grow with higher ROAS

Optimize your digital ad spend with actionable insights designed to help you scale. Make sure you're always getting the best return on your e-Commerce campaigns with personalized recommendations.

jenfi insights

Sign up today for exclusive access to Jenfi Insights.

According to The CMO Survey, 72% of marketing chiefs said the "importance of marketing" has grown in their companies over the last year, but only 39% rate their strategies as effective.

Digital Marketing takes place on many platforms: Facebook Ads, Google Ads, Google Analytics or Google Sheet, CRM, etc., and each platform will have different metric standards. If you are doing online marketing campaigns on a few of them, then a good knowledge of ad indicators will help you to maximize your efforts. 

8 Important Advertising Metrics For Any Marketers 

Advertising Metrics

If you want your business' marketing campaigns to be effective, you need to pay close attention to the following 8 KPIs (Key Performance Indicators).

ROI - Return On Investment

ROI (Return On Investment) is an indicator that measures the ratio of profits earned to the costs spent on a marketing campaign. In other words, this is the ratio of the profit made to the initial cost of the investment.

ROI is one of the most important KPIs to measure the effectiveness of marketing campaigns. This is strictly the first number that you need to know. This metric helps you measure the sales revenue based on your business's budget.

Almost every effort in marketing campaigns has the final purpose: The craving to increase the profit on the cost spent.

If the positive ROI is high, your marketing campaign is doing well. On the contrary, you need to find the right solution to immediately adjust your marketing campaign.

CPM (Cost Per Mile) – Cost per thousand

CPM (Cost Per Mile) is a metric reflecting the cost per one thousand impressions/ views on an ad. Simply speaking, if the CPM of a particular keyword is $1.00, that means you must pay $1.00 for every 1,000 impressions to show your ads for this keyword.

CPM helps you measure the performance of your campaigns within and across different platforms. For instance, if you want to place an ad banner on website A, but then you discover that website B has more potential, then you can use CPM to make cost comparisons between these media (at both stages: preparing and reviewing stage)

CPL (Cost-per-Lead) – Cost pay for 1 potential customer

CPL (Cost-per-Lead) is a metric that helps measure marketing campaigns' effectiveness based on the leads generated. CPL focuses on the number of potential customers from marketing campaigns. The price per lead depends on the type of strategy you use for each lead generation channel.

Cost Per Lead (CPL) = Total Marketing Spend / Total New Leads 

To achieve the most accurate measurement results, the CPL needs to be combined with other factors affecting the business's profitability. Cost per lead enables you to set the sales goals, calculate potential ROI, and determine advertising budgets.

CR – Conversion Rate

CR can be understood as the conversion rate from visitors to customers. CR is critical because it allows you to lower your customer acquisition costs by getting more value from the visitors and users you already have. 

For example, if you need $1,000 to double your website traffic at the CR of 2.5%, but you only need $500 to improve the CR from 2.5% to 5%, then the second choice makes more sense.

CRR – Customer Retention Rate

CRR is an indispensable advertising measurement indicator to evaluate whether a marketing strategy is successful or not in many ways.

Customer retention measures how successful a company is at acquiring new customers and how successful they are at satisfying existing customers. It also increases ROI, boosts loyalty, and brings in new customers.

If the CRR is higher, your campaign is well enough to satisfy your customers and vice versa.

RR (Run Rate) – Goal achievement rate

RR (Run Rate) is an indicator that reflects the speed of completing the goal of the entire campaign compared to the original overall plan. RR helps marketers identify precisely how much budget they have spent to accomplish a part of a goal. Then, decide to add a method to accelerate or maintain the growth momentum.

CLV – Customer Lifetime Value 

CLV (Customer Lifetime Value) is an indicator that reflects the lifetime value. In other words, this indicator tells you how much profit a customer will bring to you over their lifetime.

CLV analysis helps businesses see which marketing activities are the most useful in bringing in the best customers.

Customers' economic value is not just in 1-time purchases. It lasts as long as they are buying from your company. Knowing CLV, companies can determine which customer groups will bring the most value to the company, which products customers want the most, and then fine-tune the company's effort to retain these high-value customers.

Social Media Reach

Marketing through social networking platforms has solid viral power. If you have creative ideas that drive customer actions, the cost of social marketing is insignificant compared to the potential results.

Platforms like Twitter, Facebook, LinkedIn, and Pinterest have very high conversion rates. Using Social Media Reach metrics helps businesses measure how effectively social media contributes to online conversion rates.

In addition to these indicators, you also need to pay attention to others, such as Impression (Display Index), CTR (click-through rate); CPC (Cost per click); CAC (Cost of finding customers), etc.

Important Notices In Measuring Digital Marketing Campaigns

Advertising Metrics

Do not be complacent with "appealing" indicators

Marketing is the overall combination of many different activities. Sometimes, the indicator is stunning, but in reality, the effect it brings is trivial. Without experience in analyzing metrics, businesses are easily misinterpreted that their campaigns are running well, but the results obtained do not bring considerable impacts.

For example, a low CPL is great, but it does not mean that the potential leads can be converted into actual buyers. It just means how much money you are getting leads, and there will be many further activities to bring these leads to qualified customers.

Break down your goals into phases

An overall marketing campaign will be divided into several stages. Each stage can be organized into a small campaign. It is necessary to clearly define the overall goals and the sub-goals for each stage.

Selecting a reliable data source to measure marketing effectiveness

Many social networking platforms allow running digital ads, such as Facebook, Instagram, Youtube, Google Ads, Google Analytics, etc. These channels have different ways of calculating metrics.

Because of the data source, each channel's metrics are different. If your business is running on Omni-channels, you need to find an experienced marketer to measure the effectiveness of your marketing in the most accurate way.

Limit the use of unnecessary data 

With a massive amount of data available with a few clicks, marketers need to determine which metrics their business is interested in. Which metrics matter to which campaign.

Regularly checking the metrics in the overview report will give you an accurate view of the status of your marketing campaign.

Choosing the right metrics really matters in digital marketing. We hope this article's information on advertising metrics will reconcile your marketing efforts and the available budgets to reach the maximal results. 

Nicky Minh

CTO and co-founder

Posts navigation

1 2

Seberapa cepat bisnismu bertumbuh dengan pendanaan khusus

Scroll to top